Jumat, 17 Januari 2014

Putri Cahaya



Nama kota ini adalah Alen. Kota yang menjadi pusat kerajaan Rastava. Rastava merupakan kerajaan yang besar dan damai. Kerajaan yang dipimpin oleh Raja Herus ini merupakan kerajaan yang makmur dan menjadi pusat perdagangan dari semua kerajaan. Raja Herus adalah raja yang sangat di cintai rakyatnya, yang kemana pun Sang Raja berjalan, rakyat selalu mengagung-agungkan namanya. Raja Herus memiliki seorang Putri yang sangat canti jelita. Kecantikan putri ini sulit ditandingi, begitu cantiknya sehingga perlu diberi nama. Orang-orang Restava menyebutnya Putri Erza sang cahaya. Putri tersebut konon adalah jelmaan dari cahaya yang kecantikannya melebihi Dewa sekalipun.
Kabar kecantikan Putri sudah tersebar ke seluruh penjuru negeri. Pria dari berbagai kalangan, mulai dari bangsawan hingga rakyat biasa, semuanya ingin menikahi sang Putri. Mereka datang berturut-turut ke istana untuk meminangnya, namun terus menerus ditolak oleh sang Putri. Walaupun tahu usaha mereka sia-sia, para pria yang ingin menikahi Putri terus bertahan di sekeliling istana. Satu per satu dari mereka akhirnya menyerah, dan tinggal 5 orang pria yang tersisa, yang semuanya adalah pangeran dan pejabat tinggi.
Mereka tetap bersikeras ingin menikahi sang Putri, sehingga sang Raja membujuk Putri, "Perempuan itu menikah dengan laki-laki. Tolong pilihlah dari mereka yang ada," berkatalah sang Putri, "Aku hanya mau menikah dengan pria yang aku cintai saja, dan sampaikan ini kepada mereka yang menunggu di luar,". Akhirnya tak ada satupun dari kelima lelaki tersebut yang bisa membuat hati sang Putri jatuh cinta padanya.
Suatu ketika sang Putri berjalan sendirian, mencari bunga-bunga di sebuah padang bunga di pinggir hutan. Sang Putri pun terkejut karena ia tidak menemukan  satupun bunga. Di tempat itu sang putri berfikir mungkin segerombolan hewan buas lah yang telah merusaknya.
Lambat laun pun sang Putri berjalan masuk ke dalam hutan. Ia harus menemukan beberapa bunga untuk dia hadiahkan kepada sang ibunda.  Putri terus berjalan menelusuri belantara. Hari semakin senja, Matahari mulai tak ada dan Putri masih saja tak menemukan apa-apa. Ia terus berjalan dengan keranjang kosong. Matanya sudah lelah mencari. Ia tak sanggup lagi. Tubuhnya sudah cukup lemah, hatinya makin lama-makin gelisah, melewati waktu berganti. Ia masih belum menemukan juga sepucuk bunga pun. Ia berjalan tak tentu arah, ia bahkan tak sadar apakah ia berbelok ke kiri ke kanan atau hanya berputar saja. Semuanya serba tak jelas.
Waktupun lambat laun terus berjalan. Perut sang Putri pun semakin lapar. Hanya ada buah-buahan liar yang tumbuh di sela-sela semak belukar kadang menjadi penyelamat hidupnya. Buah yang manis itu membuat Putri bertahan dari rasa lapar sehingga sang Putri tak lagi menghitung sudah berapa banyak buah yang ia habiskan untuk menelusuri hutan ini.
Sampai satu ketika sang putri menemukan buah langka berbunga abu-abu. Putri menciumnya tak ada bau.Putri memakanya tak ada rasa. Dalam sekejab mata sang putri merasakan dunianya kelabu, langit sudah mulai buram, dan langkahnya tertatah-tatah seperti tak tahu kemana harus menuju. Putri tak lagi punya keinginan mendapatkan bunga. Yang ia inginkan sekarang hanyalah pulang kekerajaan dimana semua orang mengkhawatirkannya.
Mendengar kabar bahwa sang Putri tidak juga kembali dari perjalanannya, Raja sangat kecewa dan bersedih. Dipanggillah para kesatria di kerajaan untuk mencari tuan Putri. Beberapa kesatria telah datang ke kerajaan, tetapi mereka menyatakan tidak dapat menemukan tuan putri dimana pun. “Mohon ampun Baginda. Kami tidak dapat menemukan sang Putri dimana pun. Kami pun tidak sanggup lagi mencarinya lebih dalam lagi ke dalam hutan kerena menurut legenda disana terdapat hewan buas yang ganas sekali,”
Kemudian sang Raja memutuskan mengadakan sayembara, mengundang seluruh kesatria dari semua kerajaan. Tidak lama kemudian datanglah ke istana seseorang lelaki berbadan tegap dan berbaju lusuh, mengaku sebagai kesatria dari Negeri yang jauh sekali. Melihat penampilannya yang tidak meyakinkan, para prajurit menertawakan dia dan mengusirnya. Mendengar keributan, sang Raja memerintahkan untuk menghadap. “Ampun Baginda. Mendengar kesedihan Baginda karena sang putri kesayangan Baginda hilang pergi entah kemana, perkenankanlah hamba untukmencoba mencarinya dengan seluruh kekuatan hamba,”
“Baiklah, niat baikmu aku kabulkan,” kata Baginda sambil memberikan mandat tersebut. Setelah mendengar cerita dari para pelayan tuan putri dengan seksama, sambil menghela napas, si lelaki berkata,“Saya akan mencoba memasuki hutan terlarang tersebut, tetapi bila diperkenankan, saya akan mencoba sekuat tenaga saya untuk mencari tuan Putri.”
Walaupun sang raja meragukan, tetapi karena ia telah putus asa karena tidak ada satu kesatria pun yang bisa masuk ke hutan tersebut dan menemukan tuan Putri, Raja akhirnya setuju. Maka, lelaki itu pun mulai memasuki hutan dengan ditemani oleh seekor kuda yang menjadi tunggangannya.
Smentara itu, setelah berminggu-minggu. Sang Putri tidak bisa menemukan jalan kembali pulang ke kerajaan. Ia pun duduk terpaku menatap semesta yang kelabu.
Beberapa waktu berselang seorang lelaki yang  berhari-hari mencari sang Putri, sang lelaki itu pun menemukan sang Putri yang sedang duduk membisu. Dia ternyata adalah seorang Pangeran dari negeri yang dihuni oleh para kaum binatang. Pangeran tersebut bernama Sakti, sang penguasa hutan rimba. Semua makhluk di seluruh hutan jagat raya tunduk atas kewibawaannya.
Namun sang pangeran serigala tak cukup bisa membuat sang Putri berbicara. Ia masih diam terpaku seribu bahasa. Sang Pangeran tak menyerah begitu saja, ia segera membawa sang putri kembali ke kerajaannya. Beberapa hari kemudian, sang Pangeran menghadap ke hadapan raja. Baginda sangat gembira melihat Putri kesayangannya telah kembali, “Terima kasih. Sang Putri adalah hartaku yang paling berharga, bahkan melebihi istanaku sekalipun, sungguh senangnya hatiku kau bisa menemukan sang Putri di hutan yang terlarang itu.”    
Sang Raja akhirnya menghadiahkan sang Putri untuk dinikahi oleh sang Pangeran walaupun sang Putri masih tetap diam seribu bahasa. Tetapi sang Pangeran tidak pantang menyerah karena ia sudah terlanjur jatuh hati pada sang Putri. Dengan sabar dan penuh cinta Pangeran mengajari Putri kata-demi kata agar bisa mendengar suaranya.
Hari demi hari sang Putri mulai berbicara. Sang Pangeran pun sangat bahagia melihat sang Putri sudah mulai mau berbicara kepadanya. Mereka saling jatuh cinta. Menikmati keindahan di istana kerajaan Restava. Hingga pada satu masa waktu memisahkan mereka. 
Kerajaan mendapat ancaman serangan dari para kapitalita kerajaan seberang yang iri dengan kemakmuran kerajaan Restava. Mereka ingin menguasai kerajaan yang indah ini. Lalu akan membumihanguskan sisa-sisa pemukiman yang telah hancur dan mengganti pemandangan desa yang makmur dengan suasana gemerlap kota dengan lampu-lampunya.
Sebagai seorang Pangeran kerajaan, sang Pangeran  tidak bisa membiarkan hal itu terjadi begitu saja. Dengan berat hati sang Pangeran terpaksa meninggalkan sang Putri sendirian di dalam ruang bawah istana. Ia harus pergi bersama para tentara kerajaan untuk menyelamatkan kerajaan yang ia cintai ini.
Sebelum pergi Pangeran memberikan ramuan cinta kepada Putri. Pangeran meminta Putri untuk meminum ramuan itu agar cinta mereka terjaga hingga akhir masa. Ramuan cinta itu membuat Putri tertidur panjang dengan mimpi indah. Dan hanya ciuman dari sang Pangeran yang mampu membangunkan Putri dari tidur panjangnya. Lalu pergilah Pangeran ke luar istana untuk berjuang menyelamatkan rakyat dan kerajaannya.
Setelah kepergian Pangeran, sang Putri pun mulai bermimpi. Ia bermimpi tentang ribuan puisi yang dilukiskan di dinding-dinding hati. Tentang matahari yang disaat terbit selalu dinantikan pagi dan tenggelam bersama dekapan senja.Tak ada satu malam pun tanpa ditemani bintang-bintang dan bulan. Setiap kali bintang jatuh setiap kali permohonan pasti dikabulkan Tuhan
Hari-hari berganti, pagi siang senja hingga rembulan malam silih berganti dengan cepat dengan mentari pagi. Tak terhitung lagi berapa tahun hingga sang Putri tiba-tiba terbangun sendirinya dari tidur panjangnya.
Putri tak lagi menemukan suasana kerajaannya seperti dulu. Istana tempat ia tidur pun ternyata sudah berganti dengan museum yang di desain menyerupai istana. Ia juga sudah tak lagi mengenakan pakaian yang di desain dari kulit domba.
Alangkah terkejutnya sang Putri mengapa begitu banyak orang-orang disekitarnya. Mereka saling tak peduli. Putri terus melangkah menelusuri tempat yang sangat asing baginya. Ia mencari-cari sang pangeran. Hanya itu tujuan satu-satunya. Ia tak punya siapa-siapa lagi selain pangeran. Tempat ini sungguh asing baginya.
Putri mengunjungi setiap tempat hingga sudut-sudut kota yang hampir tak bernyawa, bertanya pada siapa saja. Sayangnya Putri tak menemukan pangerannya.Bahkan tidak juga tanda.Putri pun mulai putus asa.
Dengan berlinang air mata putri berdoa pada Dewa, memohon untuk dipertemukan dengan pangerannya. Dewa yang baik hati mendengar doaPutri. Dengan satu permintaan yang tak disebutkan dewa bersedia mengembalikan kehadiran pangeran serigala yang telah menghilang sekian lama dengan satu syarat sang Putri harus melepaskan sesuatu yang paling berharga bagi dirinya..
Di sudut bangunan tua ketika putri masih berurai air mata. Dewa mengirimkan sang Pangeran kehadapannya. Dengan senyuman mempesona masih sama saat pertama kali Putri bertemu dengannya. Pangeran datang membawa seikat bunga, masih dengan pandangan penuh cinta bersinar dari matanya.
Putri memeluknya dan tak lagi punya pertanyaan pangeran kemana saja, kenapa tak kembali menjemputnya.Pangeran balas memeluknya. Disaat yang bersamaan ketika jiwa mereka menyatu Putri kehilangan sesuatu yang selama ini sangat kuat ada pada dirinya. Putri tiba-tiba tak punya rasa, Putri kehilangan cinta.
Putri melepaskan dirinya dari dekapan pangeran , menatap angkasa, berteriak pada dewa.  "Wahai Dewa, Kau mengembalikannya padaku, tapi mengapa Kau mengambil rasa?, kau merampas cinta dari hidupku!!!,"
Dewa tersenyum lalu berkata, “aku tak pernah mengambil apapun yang tak pernah kumiliki, aku ditakdirkan untuk selalu hanya bisa memberi. Rasa itu milikmu, cinta itu sepenuhnya kedaulatanmu, tak ada seorangpun yang bisa menghilangkannya selain dirimu”
Putri terdiam, ia kembali kehilangan kata-kata. Kali ini ia lebih tak berdaya dari pada masa dimana ia tersesat di hutan belantara. Pangeran berusaha meraih tangannya, memeluknya dan mengajarkan kata demi kata sama seperti dahulu kala.
Mereka hidup bersama di tengah kota. Pangeran terus mencintai Putri meskipun Putri tak punya rasa. Perlahan-lahan Putri mampu berbicara, ia dengan cepat menghapalkan kata demi kata. Kecuali satu hal, Putri tak pernah mampu mengatakan cinta dengan segenap definisinya. Saat Pangeran tak ada Putri merasakan cinta itu ada, namun sekarang saat mereka bersama dan Putri tak merasakan cinta.



Oleh : Aji Tidar









Tidak ada komentar:

Posting Komentar