Nama kota ini adalah Alen. Kota yang menjadi pusat kerajaan Rastava.
Rastava merupakan kerajaan yang besar dan damai. Kerajaan yang dipimpin oleh
Raja Herus ini merupakan kerajaan yang makmur dan menjadi pusat perdagangan
dari semua kerajaan. Raja Herus adalah raja yang sangat di cintai rakyatnya, yang
kemana pun Sang Raja berjalan, rakyat selalu mengagung-agungkan namanya. Raja
Herus memiliki seorang Putri yang sangat canti jelita. Kecantikan putri ini sulit
ditandingi, begitu cantiknya sehingga perlu diberi nama. Orang-orang Restava
menyebutnya Putri Erza sang cahaya. Putri tersebut konon adalah jelmaan dari cahaya yang kecantikannya melebihi Dewa sekalipun.
Kabar kecantikan Putri sudah tersebar ke seluruh penjuru negeri.
Pria dari berbagai kalangan, mulai dari bangsawan hingga rakyat biasa, semuanya
ingin menikahi sang Putri. Mereka datang berturut-turut ke istana untuk
meminangnya, namun terus menerus ditolak oleh sang Putri. Walaupun tahu usaha
mereka sia-sia, para pria yang ingin menikahi Putri terus bertahan di
sekeliling istana. Satu per satu dari mereka akhirnya menyerah, dan tinggal 5
orang pria yang tersisa, yang semuanya adalah pangeran dan pejabat tinggi.
Mereka tetap bersikeras ingin menikahi sang Putri, sehingga sang
Raja membujuk Putri, "Perempuan itu menikah dengan laki-laki. Tolong
pilihlah dari mereka yang ada," berkatalah sang Putri, "Aku hanya
mau menikah dengan pria yang aku cintai saja, dan sampaikan ini kepada mereka
yang menunggu di luar,". Akhirnya tak ada satupun dari kelima lelaki tersebut
yang bisa membuat hati sang Putri jatuh cinta padanya.
Suatu ketika sang Putri berjalan sendirian, mencari bunga-bunga di
sebuah padang bunga di pinggir hutan. Sang Putri pun terkejut karena ia tidak
menemukan satupun bunga. Di tempat itu
sang putri berfikir mungkin segerombolan hewan buas lah yang telah merusaknya.
Lambat laun pun sang Putri berjalan masuk ke dalam hutan. Ia harus
menemukan beberapa bunga untuk dia hadiahkan kepada sang ibunda. Putri terus berjalan menelusuri
belantara. Hari semakin senja, Matahari mulai tak ada dan Putri masih saja tak
menemukan apa-apa. Ia terus berjalan dengan keranjang kosong. Matanya sudah lelah
mencari. Ia tak sanggup lagi. Tubuhnya sudah cukup lemah, hatinya makin
lama-makin gelisah, melewati waktu berganti. Ia masih belum menemukan juga
sepucuk bunga pun. Ia berjalan tak tentu arah, ia bahkan tak sadar apakah ia
berbelok ke kiri ke kanan atau hanya berputar saja. Semuanya serba tak jelas.
Waktupun lambat laun terus berjalan. Perut sang Putri pun semakin
lapar. Hanya ada buah-buahan liar yang tumbuh di sela-sela semak belukar kadang
menjadi penyelamat hidupnya. Buah yang manis itu membuat Putri bertahan dari
rasa lapar sehingga sang Putri tak lagi menghitung sudah berapa banyak buah
yang ia habiskan untuk menelusuri hutan ini.
Sampai satu ketika sang putri menemukan buah langka berbunga
abu-abu. Putri menciumnya tak ada bau.Putri memakanya tak ada rasa. Dalam
sekejab mata sang putri merasakan dunianya kelabu, langit sudah mulai buram,
dan langkahnya tertatah-tatah seperti tak tahu kemana harus menuju. Putri tak
lagi punya keinginan mendapatkan bunga. Yang ia inginkan sekarang hanyalah
pulang kekerajaan dimana semua orang mengkhawatirkannya.
Mendengar
kabar bahwa sang Putri tidak juga kembali dari perjalanannya, Raja sangat kecewa dan bersedih.
Dipanggillah para kesatria di kerajaan untuk mencari tuan Putri. Beberapa kesatria
telah datang ke kerajaan, tetapi mereka menyatakan tidak dapat menemukan tuan
putri dimana pun. “Mohon ampun Baginda. Kami tidak dapat menemukan sang Putri
dimana pun. Kami pun tidak sanggup lagi mencarinya lebih dalam lagi ke dalam hutan
kerena menurut legenda disana terdapat hewan buas yang ganas sekali,”
Kemudian
sang Raja memutuskan mengadakan sayembara, mengundang seluruh kesatria dari
semua kerajaan. Tidak lama kemudian datanglah ke istana seseorang lelaki berbadan tegap dan berbaju lusuh, mengaku
sebagai kesatria dari Negeri yang jauh sekali. Melihat penampilannya yang tidak
meyakinkan, para prajurit menertawakan dia dan mengusirnya. Mendengar keributan, sang Raja memerintahkan untuk menghadap. “Ampun Baginda. Mendengar kesedihan
Baginda karena sang putri kesayangan Baginda hilang pergi entah kemana,
perkenankanlah hamba untukmencoba mencarinya dengan seluruh kekuatan hamba,”
“Baiklah,
niat baikmu aku kabulkan,” kata Baginda sambil memberikan mandat tersebut.
Setelah mendengar cerita dari para pelayan tuan putri dengan seksama, sambil
menghela napas, si lelaki berkata,“Saya akan mencoba memasuki hutan terlarang
tersebut, tetapi bila diperkenankan, saya akan mencoba sekuat tenaga saya untuk
mencari tuan Putri.”
Walaupun
sang raja meragukan, tetapi karena ia telah putus asa karena tidak ada satu
kesatria pun yang bisa masuk ke hutan tersebut dan menemukan tuan Putri, Raja
akhirnya setuju. Maka, lelaki itu pun mulai memasuki hutan dengan ditemani
oleh seekor kuda yang menjadi tunggangannya.
Smentara itu, setelah
berminggu-minggu. Sang Putri tidak bisa menemukan jalan kembali pulang ke
kerajaan. Ia pun duduk terpaku menatap semesta yang kelabu.
Beberapa waktu
berselang seorang lelaki yang berhari-hari
mencari sang Putri, sang lelaki itu pun menemukan sang Putri yang sedang duduk
membisu. Dia ternyata adalah seorang Pangeran dari negeri yang dihuni oleh
para kaum binatang. Pangeran tersebut bernama Sakti, sang penguasa hutan rimba.
Semua makhluk di seluruh hutan jagat raya tunduk atas kewibawaannya.
Namun sang pangeran serigala tak cukup bisa membuat
sang Putri berbicara. Ia masih diam terpaku seribu bahasa. Sang Pangeran tak
menyerah begitu saja, ia segera membawa sang putri kembali ke kerajaannya. Beberapa hari kemudian, sang Pangeran
menghadap ke hadapan raja. Baginda sangat gembira melihat Putri
kesayangannya telah kembali, “Terima kasih. Sang Putri adalah hartaku yang
paling berharga, bahkan melebihi istanaku sekalipun, sungguh senangnya hatiku
kau bisa menemukan sang Putri di hutan yang terlarang itu.”
Sang Raja akhirnya
menghadiahkan sang Putri untuk dinikahi oleh sang Pangeran walaupun sang Putri
masih tetap diam seribu bahasa. Tetapi sang Pangeran tidak pantang menyerah
karena ia sudah terlanjur jatuh hati pada sang Putri.
Dengan sabar dan penuh cinta Pangeran mengajari Putri kata-demi kata agar bisa
mendengar suaranya.
Hari demi hari sang Putri mulai berbicara. Sang Pangeran pun sangat
bahagia melihat sang Putri sudah mulai mau berbicara kepadanya. Mereka saling
jatuh cinta. Menikmati keindahan di istana kerajaan Restava. Hingga
pada satu masa waktu memisahkan mereka.
Kerajaan mendapat ancaman serangan dari
para kapitalita kerajaan seberang yang iri dengan kemakmuran kerajaan Restava. Mereka
ingin menguasai kerajaan yang indah ini. Lalu akan membumihanguskan sisa-sisa
pemukiman yang telah hancur dan mengganti pemandangan desa yang makmur dengan
suasana gemerlap kota dengan lampu-lampunya.
Sebagai seorang Pangeran kerajaan, sang Pangeran tidak bisa membiarkan hal itu terjadi begitu
saja. Dengan berat hati sang Pangeran terpaksa meninggalkan sang Putri sendirian
di dalam ruang bawah istana. Ia harus pergi bersama para tentara kerajaan untuk
menyelamatkan kerajaan yang ia cintai ini.
Sebelum pergi Pangeran memberikan ramuan cinta kepada Putri. Pangeran
meminta Putri untuk meminum ramuan itu agar cinta mereka terjaga hingga akhir
masa. Ramuan cinta itu membuat Putri tertidur panjang dengan mimpi indah. Dan
hanya ciuman dari sang Pangeran yang mampu membangunkan Putri dari tidur
panjangnya. Lalu pergilah Pangeran ke luar istana untuk berjuang menyelamatkan
rakyat dan kerajaannya.
Setelah kepergian Pangeran, sang Putri pun mulai bermimpi. Ia
bermimpi tentang ribuan puisi yang dilukiskan di dinding-dinding hati. Tentang
matahari yang disaat terbit selalu dinantikan pagi dan tenggelam bersama
dekapan senja.Tak ada satu malam pun tanpa ditemani bintang-bintang dan bulan.
Setiap kali bintang jatuh setiap kali permohonan pasti dikabulkan Tuhan
Hari-hari berganti, pagi siang senja hingga rembulan malam silih
berganti dengan cepat dengan mentari pagi. Tak terhitung lagi berapa tahun
hingga sang Putri tiba-tiba terbangun sendirinya dari tidur panjangnya.
Putri tak lagi menemukan suasana kerajaannya seperti dulu. Istana
tempat ia tidur pun ternyata sudah berganti dengan museum yang di desain
menyerupai istana. Ia juga sudah tak lagi mengenakan pakaian yang di desain
dari kulit domba.
Alangkah terkejutnya sang Putri mengapa begitu banyak orang-orang
disekitarnya. Mereka saling tak peduli. Putri terus melangkah menelusuri tempat
yang sangat asing baginya. Ia mencari-cari sang pangeran. Hanya itu tujuan
satu-satunya. Ia tak punya siapa-siapa lagi selain pangeran. Tempat ini sungguh
asing baginya.
Putri mengunjungi setiap tempat hingga sudut-sudut kota yang hampir
tak bernyawa, bertanya pada siapa saja. Sayangnya Putri tak menemukan
pangerannya.Bahkan tidak juga tanda.Putri pun mulai putus asa.
Dengan berlinang air mata putri berdoa pada Dewa, memohon untuk
dipertemukan dengan pangerannya. Dewa yang baik hati mendengar doaPutri. Dengan
satu permintaan yang tak disebutkan dewa bersedia mengembalikan kehadiran
pangeran serigala yang telah menghilang sekian lama dengan satu syarat sang
Putri harus melepaskan sesuatu yang paling berharga bagi dirinya..
Di sudut bangunan tua ketika putri masih berurai air mata. Dewa
mengirimkan sang Pangeran kehadapannya. Dengan senyuman mempesona masih sama
saat pertama kali Putri bertemu dengannya. Pangeran datang membawa seikat
bunga, masih dengan pandangan penuh cinta bersinar dari matanya.
Putri memeluknya dan tak lagi punya pertanyaan pangeran kemana saja,
kenapa tak kembali menjemputnya.Pangeran balas memeluknya. Disaat yang bersamaan
ketika jiwa mereka menyatu Putri kehilangan sesuatu yang selama ini sangat kuat
ada pada dirinya. Putri tiba-tiba tak punya rasa, Putri kehilangan cinta.
Putri melepaskan dirinya dari dekapan pangeran , menatap angkasa,
berteriak pada dewa. "Wahai Dewa, Kau mengembalikannya padaku, tapi mengapa Kau
mengambil rasa?, kau merampas cinta dari hidupku!!!,"
Dewa tersenyum lalu berkata, “aku tak pernah mengambil apapun yang
tak pernah kumiliki, aku ditakdirkan untuk selalu hanya bisa memberi. Rasa itu
milikmu, cinta itu sepenuhnya kedaulatanmu, tak ada seorangpun yang bisa
menghilangkannya selain dirimu”
Putri terdiam, ia kembali kehilangan kata-kata. Kali ini ia lebih
tak berdaya dari pada masa dimana ia tersesat di hutan belantara. Pangeran
berusaha meraih tangannya, memeluknya dan mengajarkan kata demi kata sama
seperti dahulu kala.
Mereka hidup bersama di tengah kota. Pangeran terus mencintai Putri
meskipun Putri tak punya rasa. Perlahan-lahan Putri mampu berbicara, ia dengan
cepat menghapalkan kata demi kata. Kecuali satu hal, Putri tak pernah mampu
mengatakan cinta dengan segenap definisinya. Saat Pangeran tak ada Putri merasakan
cinta itu ada, namun sekarang saat mereka bersama dan Putri tak merasakan
cinta.
Oleh : Aji Tidar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar