Sabtu, 14 Juni 2014

The Old Books Smell

The Old Books Smell.
Tak ada yang lebih menakjubkan dari kisah-kisah luhur Patih Gajahmada yang berusaha menyatukan Nusantara melalui Sumpah Palapanya, atau kisah-kisah heroik Rama yang berusaha melindungi Sinta atau justru romansa perjuangan Rahwana untuk mendapatkan Sinta dengan cara yang tak biasa ? Ia telah menunggu selama lima millenium. Sebelum jiwa Sinta ada dalam raganya. Saat Sinta masih berupa Dewi Sri atau bahkan jauh sebelum itu. Dan Rahwana setia menunggunya.

Tak ada yang lebih mendebarkan dibanding kisah-kisah perang suku Tartar yang berhasil mengalahkan imperium Roma atau perang Khandaq, membuat parit raksasa untuk perlindungan diri. Atau kisah-kisah penuh romansa seperti Isolde, Juliet, Laila, Engtay yang terkungkung adat kolot sehingga membunuh cinta bahkan jiwanya sendiri adalah suatu keharusan ?

Tak ada yang lebih menyenangkan selain mendengar cerita rakyat dari berbagai belahan Nusantara dan dunia. Kisah-kisah yang ikhlas terucap dari sang empunya untuk menghibur bocah-bocah kecil lintas zaman, lintas benua. Kisah yang bahkan, mungkin kau tak akan pernah tahu siapa pengarangnya. Malin Kundang, Timun Mas, Cinderella, Calon Arang, Wang Whenzheng, kisah 1001 malam.

Dan tak ada yang lebih hebat daripada menakjubkan, mendebarkan sekaligus menyenangkan selain terdiam diantara tumpukan-tumpukan buku tua. Dengan aroma khasnya, membawa imajinasi ke awal jaman terbentuknya bumi atau ke ramalan akhir jaman sekalipun.

Kau pun beraroma sama, campuran vanili dan rerumputan. Aku penasaran, apa pernah kau sendiri membayangkan jika dirimu akan menjadi hal terhebat bagi seseorang? Menakjubkan, mendebarkan, sekaligus menyenangkan.

"Smell is chemistry, and the chemistry of old books gives your cherished tomes their scent. As a book ages, the chemical compounds used—the glue, the paper, the ink–begin to break down. And, as they do, they release volatile compounds—the source of the smell. A common smell of old books, says the International League for Antiquarian Booksellers, is a hint of vanilla: “Lignin, which is present in all wood-based paper, is closely related to vanillin. As it breaks down, the lignin grants old books that faint vanilla scent.”A study in 2009 looked into the smell of old books, finding that the complex scent was a mix of “hundreds of so-called volatile organic compounds (VOCs) released into the air from the paper,” says the Telegraph. Here’s how Matija Strlic, the lead scientist behind that study, described the smell of an old book:
A combination of grassy notes with a tang of acids and a hint of vanilla over an underlying mustiness, this unmistakable smell is as much a part of the book as its contents.

Read more: http://www.smithsonianmag.com/smart-news/that-old-book-smell-is-a-mix-of-grass-and-vanilla-710038/#lD6fS7oYKV4WzVVC.99



Oleh : Oriza Utami

Harapan

Sepanjang pesisir, jika ku lalui, takkan memecah jejak, kala ombak kian menepi. Pun kita tak pernah tahu, suara apa yang dibisikkan nyiur melambai ke selatan, hingga ombak enggan bertolak. 
Seberapa kencang angin menerpa? Seberapa keras ombak mengikis karang? Atau semua keheningan seperti ini sesungguhnya menyimpan dendam dan balas? 
Aku tak pernah berpikir tuk berteriak lantang kepada samudera, aku tak pernah  mengintip sedalam apa laut mendasar. Karena aku takut tenggelam untuk sebuah pertanyaan.
Mentari bersinar tak mampu sampai ke dasar laut, mengapa air mata mengorek luka begitu tajam? 
Tuhan.. 
Bila mentari lebih cepat terbenam di sini, jangan Kau dayungkan angin darat lebih cepat, karena langkahku di sepanjang pesisir belum usai terhapus. 
Bila langit dengan cepat berubah gelap dan panorama senja akan berakhir, jangan Kau gelapkan langkahku untuk kembali pulang.

Semua derit langit-langit bumi terdengar seperti gemuruh, dengkuran raksasa tua berselimut di antara awan. Hanya kala kita ingin meraba asa dan memetik bintang, awan-awan menghilang dan raksasa tua mengirim bidadari membentuk pelangi, melukis lukisan terindah yang pernah bumi lukiskan, melukis warna dari seluruh asa di tanah. Inilah harapan yang menjadi nyata setelah gemuruhnya.



oleh: Ninda Dian

Jumat, 06 Juni 2014

Malam Itu

14019137412037522792
Ilustrasi/ Kompasiana (Kompas.com)

malam itu
beberapa jenazah datang
dari kubur masalalu
seorang buruh puisi yang hilang di ladangnya sendiri
dan pemudi-pemuda yang dimuat diberbagai surat kabar
hilang belasan tahun silam
mendatangi segerombolan mahasiswa yang menenteng kardus
berlabel universitas ternama, mengemis di sepanjang jalan
menyanyikan lagu picisan, meneriakkan kata murahan
mereka saling berebut rupiah dengan waria, pengemis tua, gelandangan,
dan kaum papa
“selamat malam, mohon sedekahnya” kata mereka
malam itu
beberapa jenazah datang
maksud hati tak ingin kembali
tapi,
oh malangnya sungguh malang negeri ini
membuatnya ingin hidup kembali

image
Mahasiswa masa kini
image
mahasiswa masa lalu
Semarang, 3 Juni 2014


oleh:  Lenny Widyawati